Menurut Hardiyatmo, 2002, istilah
penurunan digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan
terhadap titik referensi yang tetap. Jika seluruh permukaan tanah dibawah dan
disekitar bangunan turun secara seragam dan penurunan tidak terjadi berlebihan,
maka turunnya bangunan akan tidak nampak oleh pandangan mata dan penurunan yang
terjadi tidak menyebabkan kerusakan bangunan.
Bila penurunan terjadi secara berlebihan, maka akan nampak mengganggu pandangan mata maupun kesetabilan bangunan, hal yang perlu diketaui mengenai penurunan yaitu, besarnya penurunan maupun kecepatan penurunannya. Berikut ini contoh kerusakan akibat penurunan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Penurunan
Agar secara teknis penurunan memenuhi syarat, maka penurunan suatu bangunan harus memenuhi penurunan izin. Penurunan izin dari
suatu bangunan atau besarnya penurunan yang telah ditoleransikan, bergantung
terhadap beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi jenis, tinggi,
kekakuan, fungsi bangunan serta distribusinya. Rancangan dibutuhkan untuk dapat
memperkirakan besarnya penurunan maksimum dan beda penurunan yang masih dalam
batas toleransi. Jika penurunan berjalan lambat, semakin besar kemungkinan
struktur untuk menyesuaikan diri terhadap penurunan yang terjadi tanpa adanya kerusakan
struktur oleh pengaruh rangkak (creep),
Oleh karena itu dengan alasan tersebut kriteria penurunan pondasi pada tanah
pasir dan pada tanah lempung berbeda.
Karena penurunan dapat
diprediksi, umumnya dapat diadakan hubungan antara penurunan izin dengan
penurunan maksimum. Skempton dan Mac Donald, 1955, menyarankan batas-batas
penurunan maksimum seperti yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Batas Penurunan Maksimum
(Skempton dan Mac Donald, 1955)
Jenis Pondasi
|
Batas Penurunan
Maksimum
|
(mm)
|
|
Pondasi terpisah pada tanah lempung
|
65
|
Pondasi terpisah pada tanah pasir
|
40
|
Pondasi rakit pada tanah lempung
|
65-100
|
Pondasi rakit pada tanah pasir
|
40-65
|
Bjerrum, 1963,
menyarankan hubungan antara tipe masalah struktur dan nilai distorsi kaku (δ/L)
dengan δ adalah penurunan total dan L adalah jarak antaara 2 kolom atau jarak 2
titik yang ditinjau. Nilai-nilai distorsi kaku dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel tersebut menjelaskan hubungan distorsi kaku dengan tipe kerusakan
yang timbul akibat distorsi kaku.
Tabel 2. Hubungan Tipe Masalah Pada
Struktur
Dan Distorsi Kaku (Bjerrum, 1963)
Type masalah
|
Distorsi kaku
|
(δ/L)
|
|
Kesulitan pada mesin
yang sensitif terhadap penurunan
|
1/700
|
Bahaya pada
rangka-rangka dengan diagonal
|
1/600
|
Nilai batas untuk
bangunan yang tidak diijinkan retak
|
1/500
|
Nilai batas dengan
retakan pertama diharapkan terjadi pada dinding-dinding panel, atau dengan
kesulitan terjadi pada overhead crane
|
1/300
|
Nilai pada batas
penggulingan (miring) bangunan tingkat tinggi dapat terlihat
|
1/250
|
Retakan signifikan
dalam panel dan tembok. Batasan yang aman untuk dinding tembok fleksibel
dengan h/L < ¼ ( h = tinggi dinding)
|
1/150
|
Untuk mempercepat proses perhitungan penurunan, berikut ini disajikan tutorial bagaimana mencari penurunan dengan bantuan program Plaxis 3D foundation. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca pada e-book berikut ini link download