Hari Valentine’s memang
kerap bikin heboh remaja. Gimana nggak heboh, di hari itu, semua
orang—khususnya remaja—merasa ‘diwajibkan’ untuk memberikan perhatian yang lebih
terhadap orang-orang yang dikasihinya. Pada hari itu semua orang di seluruh
dunia merasa terpanggil untuk menumpahkan kasih sayangnya. Meski sebetulnya
yang terjadi kemudian adalah ajang baku syahwat yang sangat liar. Nah, itu
fakta dari tahun ke tahun. Budaya bejat yang seolah sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dalam kehidupan remaja itu terus berlangsung sampai hari ini. Dan
bukan tak mungkin akan menjasad dalam kehidupan kita bila tidak segera diubah.
Valentine’s adalah pesta
remaja sedunia. Sedunia? Yap, karena yang melakukan bukan cuma kamu dan
teman-teman kamu di sini, tapi pesta itu sudah menjadi hajatan global. Artinya,
hajatan resmi sedunia. Menjelang tanggal 14 Februari semua orang di seluruh
dunia dibikin sibuk—khususnya remaja. Segala perlengkapan pesta mulai
disiapkan; balon, pita warna-warni, kostum spesial, minyak wangi dan asesoris
lainnya, juga nggak ketinggalan kado istimewa buat sang kekasih pujaan hati.
Dan kamu pun pasti udah paham bahwa pelaksanaan pesta “Kasih Sayang” itu akan berubah
menjadi ajang gaul yang liar dan bebas nian. Gimana nggak bebas, cowok-cewek
gabung jadi satu, bahkan bukan tak mungkin terjadi baku syahwat. Karena justru
hal itulah yang sebenarnya menjadi tujuan mulianya. Wow, parah Boo...!
Sekadar tahu saja, sejatinya
pesta itu bukan berasal dari ajaran Islam, Non. Tapi pesta itu awalnya adalah
bagian dari ritual para penyembah berhala di Yunani, tapi kemudian pada
perkembangan berikutnya pesta ini ‘dimodifikasi’ oleh para petinggi Kristen
untuk mengenang kematian Saint Valentine yang dipenggal penguasa Roma. Jadi
memang nggak ada dalam kamus ajaran Islam pesta tersebut (untuk mengingat
kembali, kamu bisa buka Studia edisi 003/Tahun I).
Nah, pembahasan soal
Valentine kali ini akan kita fokuskan pada pengaruh budaya global. Tepatnya
ekspansi budaya global. Ini perlu kamu ketahui, karena pesta Valentine adalah
bagian dari upaya globalisasi gaya hidup. Globalisasi adalah upaya orang-orang
Barat—yakni musuh-musuh Islam—untuk menyamakan persepsi yang ada dalam benak mereka
dengan orang-orang lain di seluruh dunia. Tapi celakanya, persepsi yang diemban
oleh mereka kebanyakan adalah persepsi-persepsi yang berbahaya. Yang pada
gilirannya nanti mereka bisa menguasai dan mengendalikan orang-orang di belahan
dunia lain untuk tunduk dan patuh dengan apa yang mereka inginkan. Walhasil,
globalisasi adalah senjata Barat dan Amerika yang cukup berbahaya dan sangat
mengancam kehidupan kita.
Coba kamu perhatiin deh,
sekarang orang Indonesia pun udah merasa bangga bila makanan, hiburan, maupun
dandanannya adalah yang juga disukai dan dipakai oleh orang-orang Barat dan
Amerika. Jujur saja, masih banyak teman remaja yang geregetan pengen makan di
resto Amerika ketimbang ‘nongkrong’ di warung yang menjajakan makanan pribumi.
So, mungkin kamu juga merasa besar kepala bila tanganmu menenteng jajanan
McDonald’s atawa minuman Coca-Cola. Iya kan? Ngaku aja deh! (Idih, nuduh)
John Naisbitt dan Patricia
Aburdene yang mengarang buku Megatrends 2000 mengungkapkan bahwa dunia ketiga
akan dibanjiri produk-produk dunia maju. So, sekarang udah kejadian, tuh. Food,
Fun, dan Fashion di seluruh dunia hampir seragam. Seolah produk-produk tersebut
sudah menjadi daftar belanjaan rutin yang wajib dipenuhi. Semua orang di
seluruh dunia makan makanan yang sama: humberger, hotdog, pizza, spaghetti, dan
yang lainnya. Anak-anak di seluruh dunia bicara dan bercerita tentang hiburan
yang sama, dari mulai film, video game, musik, sampai nyanyian. Kamu pasti udah
biasa nonton film-film keluaran Hollywood. Produk Hollywood sudah menjadi
bagian dari kehidupan kita. Lalu siapa sih yang nggak gaul dengan mesin fantasi
keluaran Sony Corp.? Yang udah nyetel dengan mesin fantasi itu pasti kenal
banget dengan yang namanya PlayStation. Apalagi ada ‘sekuel’-nya—PS 2. Dijamin
kagak bete lagi.
Kalo soal musik dan
nyanyian? Wow, jangan ditanya deh, dari mulai penyanyi sampai grup musiknya
anak-anak ndeso di sini juga udah hapal betul. Karena televisi dan radio getol
memutar lagu-lagu ‘bule’ itu. Walhasil, nyanyian dan musik menjadi seragam di
seluruh dunia. Begitupun dengan urusan mode, semua orang di dunia ingin
berdandan dengan model pakaian yang sama dengan yang udah dipakai supermodel
dunia yang dipamerkan di rumah mode kelas dunia pula. Pokoknya, seragam!
Nggak terkecuali masalah budaya
dan gaya hidup lainnya—termasuk pesta valentine ini. Akibatnya, semua anak
remaja di seluruh dunia—termasuk di sini—merasa perlu untuk merayakannya. Bener
kan?
Ini namanya globalisasi,
Brur. Malah bila kita mau rajin menelusuri, ternyata persoalan itu hanya bagian
kecil dari rencana licik Barat dan Amerika untuk menguasi dunia—khususnya dunia
Islam. Karena yang lebih berbahaya dari itu masih banyak. Contohnya? Wah, kamu
juga kudu gaul tampaknya. Ya, sistem kehidupan yang selama ini mengatur kehidupan
kita itu nggak lepas dari rencana jahat mereka dalam menguasi dunia Islam.
Lihat saja, semua negeri Islam sepakat mengamalkan dan bahkan membela
matian-matian sistem demokrasi—produk hukum mereka yang rusak itu. Nggak
terkecuali di negeri ini. Nah, itu juga adalah bagian dari globalisasi, Brur.
Bahaya memang!
Sebuah Tantangan
Sekali lagi, nggak usah heran bila
kita dan adik-adik kita bicara tentang film yang sama. Meski nggak seluruh film
buatan Hollywood memang—bisa juga dari Jepang, Inggris, Jerman, dan bisa jadi
Indonesia kalo mampu memproduksi film untuk konsumsi dunia. Tapi perlu diingat,
meski demikian biasanya Amerika akan menerapkan standardisasi tertentu untuk
membatasi gerak dunia ketiga agar jangan sampai mengalahkan dominasi mereka.
Namun,
harus diakui bahwa dampak dari globalisasi itu bukan berarti salah semua. Masih
ada sisi baik—meski sedikit—dari globalisasi ini. Contohnya perkembangan iptek
yang kian pesat. Baik teknologi informasi: seperti internet dan komputer, juga
teknologi militer, kimia, biologi, fisika, dan teknologi ramah lingkungan
lainnya. Dipikir-pikir, emang Ibarat ‘pisau’ bermata dua. Artinya bisa kita
pakai untuk menikam, tapi juga bisa menikam kita. Weleh weleh, ribet juga ya?
Di sinilah perlunya kita membentengi diri dengan ‘ilmu’ yang cukup.
Perkembangan ini kan bisa baik tapi sekaligus bisa jahat. Maka sikap bijaksana
itu wajib kita miliki. Supaya nggak keburu nafsu menghukumi yang halal menjadi
haram—atau sebaliknya. Apalagi kalo sampai terjebak menjadi pengikut budaya global
yang nggak bener. Itu sih, kebangetan dah. Pendek kata, harus bertanggung
jawab. Yang benar kita ambil, dan yang salah kita buang. Inilah tantangannya
bagi kita. Tentu, tantangan yang harus dihadapi dengan bijaksana dan butuh
penyelesaian jitu. Iya nggak?
Malah, kayaknya sekarang kita harus
lebih cerdas lagi dalam menyikapinya. Bukan apa-apa, ekspansi bukan global ini
makin berbahaya karena ditunjang dengan teknologi canggih. Jaringan internet
misalnya, sudah merupakan kebutuhan tersendiri. Dengan kata lain, bukan
fasilitas mewah. Berarti setiap orang hampir bisa dipastikan mampu mengakses
dengan mudah. Wah, padahal nggak semua informasi yang ditampilkan jaringan ini
mendidik. Jadi, jaringan maya ini ternyata perlu diperhitungkan juga, Non. Kenapa? Ya, itu tadi, karena di jaringan ini
akses informasi nyaris tanpa batas dan sulit dibendung.
Serangan musuh-musuh Islam yang
berlindung di balik kedok globalisasi ini dampaknya cukup parah juga. Terutama
bila itu berhubungan dengan informasi yang salah. Arena Woodstock Festival yang
tiap empat tahun sekali diadakan itu gaungnya sampai juga di sini, lho. Lengkap
dengan budaya dan gaya hidup yang diciptakannya. Akibatnya, dengan cepat
menjalar di kalangan para remaja. Sebagai contoh saja, acara Woodstock pernah mendapat
publikasi luas di seluruh pelosok Amerika. Dengan hasil yang cukup sukses itu,
4 bulan kemudian dilakukan pergelaran musik di Kota Altamonte, California,
pantai Barat AS, menampilkan musik rock The Rolling Stones dari Inggris. Namun
pergelaran itu tidak semulus seperti di New York, karena kacau oleh kehadiran
suara ingar-bingar sepeda motor kelompok Hell's Angels. Acara diiringi aksi
tawuran hingga empat orang tewas. ‘Lucu’nya, di sini pun remaja-remaja sering
melakukan hal yang sama. Bila demikian, bisa jadi itu karena terpengaruh dengan
kejadian di sana. Kayaknya remaja kita asal contek aja tuh.
Brur, budaya-budaya yang salah inilah
yang sebenarnya sering ‘dijual’ oleh Barat dan Amerika kepada penghuni dunia
ketiga (baca: dunia Islam). Dan celakanya, justru budaya ini yang laku. Lihat
aja, remaja di negeri ini gayanya udah kayak remaja Paris or Amrik aja. Mulai
dari makanan, hiburan, dandanan, sampai gaya hidup. Udah gitu merasa bangga
lagi. Malu-maluin aja!
Tetap Waspada
Nggak ada jalan lain kecuali waspada
memang. Waspada dalam pengertian tidak mudah tergoda dengan budaya baru yang
bukan berasal dari Islam. Kamu harus pilih-pilih dulu. Jangan langsung caplok
aja. Pokoknya pandai memilih dan memilah. Dan perlu dingat, patokan yang kamu
pakai untuk menilai budaya tersebut adalah ajaran Islam. Kalo menurut Islam
haram, maka kamu jangan maksa mengambil atau melakukan sesuatu itu. Dan
sebaliknya bila menurut Islam itu boleh atau halal, kamu nggak dilarang untuk
mengambil atau mengamalkannya. Well, jadi kamu dituntut untuk bisa bertanggung
jawab. Dan itu cuma bisa dilakukan bila kamu udah paham tentang Islam. Maka,
kalo belum paham soal Islam, jangan nekat melabrak. Harus tahu diri, berati
kamu kudu belajar dulu tentang ajaran dan nilai-nilai Islam. Tapi memang harus
diakui juga sih, penjagaan diri itu nggak cukup. Harus didukung oleh pengawasan
masyarakat dan kekuasaan sebuah negara. Tujuannya? Supaya lebih joss!
Selain kita kudu waspada, kita juga
nggak boleh menjadikan musuh-musuh Islam sebagai teladan atau teman kita.
Apalagi kalo kita mau aja ngikutin gaya hidup mereka. Hati-hati, jangan sampai
deh! Allah Swt. berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا
تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا
عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ
أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar
kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan
bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.
Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
(QS. Ali ‘Imrân [3]: 118).
Waduh, ngeri juga kan? Makanya nggak
usahlah kamu bergaya hidup seperti kaum lain. Jangan sampai pengaruh jelek
globalisasi menjadikan kamu lepas dari Islam. Karena ketika kamu terpengaruh
dan kemudian ikut bergaya hidup seperti musuh-musuh Islam itu, berarti kamu
telah menjadi pengikutnya (baca: temannya). Ih, syerem banget!
Makanya kamu nggak boleh latah
ikut-ikutan budaya yang bukan berasal dari Islam. Nggak bener dan memang nggak
baik. Bahkan kewajiban kamu adalah mengamalkan (ajaran) Islam, bukan ajaran
kaum atau peradaban lain. Karena tentu saja, dengan adanya globalisasi ini
musuh-musuh Islam sengaja membuat jalan agar kaum muslimin—khususnya
remaja—untuk mengikuti kehendak mereka. Ini jelas sangat berbahaya. Karena bila
kita masuk perangkap mereka, alamat hidup kita ancur-ancuran, Brur. Nah,
termasuk dalam urusan Valentine’s ini. Karena pesta itu adalah bagian dari
globalisasi budaya mereka. Ya, itulah gaya hidup mereka yang sengaja disusupkan
ke benak kaum muslimin—khususnya remaja. Allah Swt menggambarkan bagaimana
kebencian musuh-musuh Islam—yakni kaum Yahudi dan Nasrani—dalam menghancurkan
ummat Islam. Firman Allah Swt.:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا
النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا
لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak
akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:
"Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS.
al-Baqarah [2]: 120)
Dengan demikian, kita wajib waspada,
jangan sampai terjerumus mengikuti budaya dan gaya hidup selain Islam. Kita
bisa menang kawan. Karena Allah sudah menjanjikan kemenangan itu. Tentu jika
kita mau berupaya membela Islam. Firman Allah Swt.
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ
عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“…dan
Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk
memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisâ’ [4]: 141)
Sekali
lagi Brur, pesta Valentine’s adalah bagian dari ekspansi budaya global. Dan
sayangnya, pesta itu merupakan rencana jahat mereka untuk menghancurkan
kepribadian Islam kita. Jangan salah, lho. Di balik ‘senyum manisnya’ tersimpan
kebusukan. Hati-hati.
Ayo, kita harus bangga menjadi muslim!
0 komentar:
Posting Komentar