Burhan, anak yang terkenal
paling okem di kampung itu kini telah berubah. Alhamdulillah, barangkali inilah
‘hikmah’nya bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah, rahmat dan ampunan
dari Allah Swt. Jika Burhan pada bulan biasanya tampil mirip-mirip para
personelnya Limp Bizkit atawa Korn, yang memang pada liar, kini doi kelihatan
lebih tenang. Raut muka yang bulan kemarin bertampang Romusa, alias Roman Muka
Sadis, kini setelahnya Primus, alias Pria Muka Sholeh. Kalo dulu, kemana-mana
nyekek botol cap “Topi Miring” kini lebih sering bawa al-Quran dan kepalanya
tertutup peci (tapi bukan peci miring lho, he..he..he..), bahkan doi ikutan
aktif di remaja masjid di kampungnya. Pokoknya, kita-kita kaget banget, tapi
sekaligus senang, karena ada perubahan dalam diri doi. Syukurlah.
Burhan, orangnya memang
cool, tapi dulu suka bikin kesel. Makanya, anak-anak kampung situ suka
ngeledekin doi dengan membuat akronim untuk namanya, Burhan, adalah akronim
dari burung hantu. Hih (nyambung nggak seh? He..he..he..). Tapi label itulah
yang diberikan teman-temannya saat Burhan merajalela dengan kemaksiatannya.
Yup, ketika Burhan lagi seneng-senengnya berbuat dosa. Tapi sekali lagi,
alhamdulillah, sekarang nggak lagi. Moga-moga seterusnya berubah jadi baik,
bukan sekadar jeda, untuk kemudian kembali gokil. Amit-amit ya? Meskipun doi
imut-imut (tapi ini bukan akronim dari item mutlak lho...)
Sobat muda muslim, contoh
kasus Burhan kayaknya menarik juga. Moga aja bisa jadi semacam cermin buat
kita, ternyata orang sebejat apapun dia, insya Allah masih bisa berubah.
Tentunya jika dia memang berusaha keras untuk mengubah dirinya. Sekadar tahu
saja, perubahan Burhan nggak begitu saja terjadi. Tapi, teman-teman di sekitar
Burhan sebelumnya juga kerap ngingetin doi. Lama-lama doi mikir juga, ternyata
banyak temannya yang mau peduli dengan doi. Ternyata begitu berharga memiliki
teman-teman baik. Teman yang mau bersusah payah mengingatkan dirinya di kala
berada dalam kegelapan. Teman yang mampu menjadi orang yang paling bertanggung
jawab dalam kehidupannya. Maka, sungguh sangat malu bagi Burhan, jika temannya
begitu menaruh perhatian kepada masa depan dirinya, sementara dirinya sendiri
masa bodoh dengan masa depan. Inilah yang membuat Burhan mau mikir dan akhirnya
berubah.
Nah, proses ini kemudian
menghantarkan Burhan mulai mengenal Islam. Bulan Ramadhan inilah waktu yang pas
buat doi untuk berubah. Ramadhan memang mampu menjadikan orang bisa mengubah gaya hidupnya. Tentu buat
mereka yang memang menginginkan dengan serius perubahan dalam dirinya. Tapi,
bagi mereka yang hanya menganggap bahwa Ramadhan adalah bulan dimana dia kudu
berubah sesaat, maka orang model begitu kemungkinan besar nggak akan berubah
menuju kebaikan. Buktinya, banyak seleb yang begitu. Sebelum Ramadhan
kelakuannya naudzubillah, pas Ramadhan berubah drastis, jadi kalem. Eh, begitu
selesai Ramadhan, mereka kembali ‘gila’. Emang sih bukan cuma kalangan seleb
yang begitu rupa, dari kalangan kita-kita juga banyak. But, berhubung kaum
seleb mudah dilihat penampilannya di layar kaca dan media cetak, maka merekalah
yang paling mungkin untuk disorot. Duh, pada sadar ngapa?
Yang taat Vs yang maksiat
Memang sih, pengennya
ketika Ramadhan tiba, maksiat serta merta jeda, atau malah reda sama sekali.
Tapi lain di harapan, lain pula dalam kenyataan. Di satu sisi, kita nggak
menutup mata kalo memang ada perubahan yang berarti bagi sebagian dari kita.
Tapi kita juga prihatin, sebab masih ada juga yang nggak kenal kata akhir dalam
maksiat. Ramadhan dibabat juga. Orang model begini memang rada susah diajak
untuk baik.
Coba deh kalo kamu
jalan-jalan ke pasar, meski di hari pertama bulan puasa, sudah banyak dijumpai
mereka yang melalaikan kewajiban puasa. Konyolnya, sambil melayani pembeli
mulutnya nggak berhenti ngunyah makanan. Padahal, mereka muslim lho. Tapi apa
mau dikata, orang model begitu maunya menang sendiri. Kalo disebut bukan Islam
kayaknya bakalan murka juga, tapi, kelakuannya malah bertolak belakang dengan
prinsip hidup seorang muslim. Apa nggak aneh tuh orang?
Malah, bulan suci Ramadhan
yang seharusnya menjadi momentum untuk menambah kuantitas amal dan kualitas
amal kita, ternyata justru dinodai dengan tetap bukanya tempat-tempat hiburan
yang full maksiat. Coba, siapa yang kagak dongkol?
Eh, udah gitu, di Surabaya
beberapa hari menjelang Ramadhan ratusan pekerja seks komersial (baca: pelacur)
yang bekerja di diskotik, bar, dan club-club malam memprotes pemda kota Surabaya agar mencabut larangan beroperasinya
hiburan malam di kota
tersebut selama Ramadhan. Sebab, kalo tempat itu ditutup mereka nggak bisa
kerja. Parahnya lagi, mereka berdalih bahwa jika mereka tidak bekerja di tempat
hiburan tersebut, bagaimana bisa membeli kebutuhan untuk lebaran? Waduh, ini
benar-benar IQ jongkok! Sori rada kasar dikit. Lebaran mau, tapi maksiat jalan
terus. Wah, berarti perzinahan jalan terus meski sedang puasa. Aduh, pantas
jika Allah murka kepada mereka. Rasulullah saw. bersabda: “Apabila zina dan
riba telah merajalela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja
telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab Allah.” (HR. Ath Thabrani, Al
Hakim dari Ibnu Abbas, dalam kitab Fathul Kabir jilid I hlm. 132).
Sobat muda muslim, terus
terang kita sedih, kesal, dan juga kecewa dengan kenyataan ini. Ternyata
Ramadhan, bagi sebagian dari kaum muslimin yang masih getol maksiat, tidak
membuat mereka berhenti dan meninggalkan kebiasaan buruk dan terkutuknya itu.
Malah tetep maju terus pantang mundur. Mereka bisa berbuat begitu, selain
karena kebodohannya, juga karena kemalasannya untuk mencari ilmu, yakni malas
untuk mengetahui tentang ajaran Islam. Jadi ada kesan masa bodoh dengan ajaran
Islam. Dengan demikian, orang model begini layak dicap sebagai orang yang tak
mau tahu dengan ajaran Islam. Bahaya sobat.
Begitu pula kita prihatin
dengan kondisi pergaulan teman-teman remaja, baik di kota maupun di desa. Ternyata aktivitas
maksiatnya tetep jalan meski sedang berpuasa. Ambil contoh tentang pergualan
laki-perempuan, sampe sekarang masih dijumpai remaja yang tak bisa lepas dari
pacaran. Maka jangan kaget jika acara JJS (Jalan-Jalan Subuh) di bulan Ramadhan
jadi ajang untuk PDKT dengan pasangannya. Hasilnya, mulut mereka memang puasa
dari makan dan minum, tapi beliau-beliau ini tidak tidak puasa dari berbuat maksiat.
STMJ, Shaum Terus, Maksiat Jalan! Walah?
Maka, kita-kita ingin
ngingetin teman-teman yang masih doyan maksiat, tolong hentikan semua aktivitas
tercela itu. Mari kita mengubah diri kita dengan Islam, dan tentunya tidak
setengah-setengah, tapi kudu totalitas dengan tuntunan Islam. Yang memang
satu-satunya solusi untuk kemaslahatan manusia di muka bumi ini. Maka sungguh
heran jika masih ada manusia yang nggak demen dengan Islam. Apalagi sampe
membencinya setengah mati. Kita nggak ingin menyaksikan ada umat Islam yang
tidak kenal dengan ajaran agamanya sendiri. Mengerikan banget kalo memang itu
terjadi. Semoga saja, temen-temen remaja segera sadar dari kekeliruannya. Oke
deh, pengennya kita neh, kamu-kamu bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu
perbuat. Jadi, jangan coba-coba maksiat lagi ya?
Jangan malu untuk berubah!
Sobat muda muslim, kalo
merhatiin perkembangan sekarang, kayaknya dari kita-kita jadi pada malu untuk
berbuat baik. Nggak semua sih, tapi.. ada aja. Aneh memang. Padahal, justru
kudu bangga kalo kita berbuat kebenaran dan kebaikan sesuai ajaran agama kita,
Islam. Mau bukti?
Hmm.. kelihatannya udah
mengikis rasa bangga menjadi seorang muslim. Teman remaja kita justru bisa
merasa bangga ketika menyandang cacat, eh, predikat yang wah di mata masyarakat
umum. Misalnya, ada anak (sekaligus orangtuanya) yang bangga kalo jadi bagian
dari anggota paskibra (pasukan pengibar bendera). Ada juga yang bangga jika doi adalah pemain
basket. Maka, jangan kaget kalo doi kerapkali memamerkan keterampilannya dalam
memainkan bola basket tersebut. Ada
juga teman yang merasa udah hebat kalo doi jadi orang yang wara-wiri di
panggung show.
Sayangnya, kebanggaan semu
seperti itu seperti telah mengubur kebanggaan lainnya, yang justru kudu
dimiliki setiap muslim, yakni bangga menjadi seorang muslim. Sori, bukannya
kita merendahkan teman-teman yang punya keahlian di bidang yang tadi kita
sebutkan. Nggak. Kita ‘menghargai’ kok. Tapi inget lho, kebanggaan seperti itu
nggak akan memberikan kontribusi yang besar untuk kemajuan Islam. Lagian itu kan kebanggaan semu.
Oke, rasanya kudu
ditumbuhkan kembali kebanggaan menjadi seorang muslim. Itu sebabnya, jangan
minder kalo jadi anak muslim. Jangan pernah merasa bersalah dan mengutuki diri
sendiri hanya gara-gara kamu muslim. Sehingga membuat kamu kudu tampil dengan gaya hidup seperti
orang-orang Barat. Kamu pun jadi terbiasa dengan model kehidupannya. Bahkan
untuk sekadar nama saja, kamu pengen nama itu terdengar modern, dan tentu
mengandung unsur dari ‘kulon’. Maka jangan heran jika para orangtua di kampung
saja bangga punya anak yang namanya David, misalkan. Lucunya, kalo pas ditanya,
“David ke mana?” Jawabannya, “Lagi ngambil kayu di hutan” Wackss..?
Jangan-jangan namanya David Bacem! ?
Sobat muda muslim, dengan
menuliskan gambaran seperti itu, tentunya kita punya tujuan ingin mengajak kamu
untuk berubah. Jadi kita harap kamu jangan males, apalagi malu untuk berubah
menjadi baik. Kalo dulu kamu bangga dengan hal-hal sepele, termasuk bangga
menjadi bagian dari masyarakat Barat, maka sekarang tunjukan kebanggaan kamu
sebagai seorang muslim. Nggak ada salahnya kamu belajar dari kasus Burhan di
atas. Dari okem menjadi alim. Sebuah prestasi hebat bukan? Dan itu hanya bisa
diraih ketika kita juga punya niatan yang benar dan sungguh-sungguh ingin
mengubah diri. Sebab, Allah akan menolong orang-orang yang memang mau mengubah
dirinya. Firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (TQS
ar-Ra’d [13]: 11)
Dalam ayat lain, Allah
Swt. Akan menolong orang-orang yang beriman. Jadi, kalo pengen ditolong oleh
Allah di dunia dan di akhirat, maka jangan malu untuk berbuat baik (baca:
beriman) Allah Swt. menjelaskan: Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami
dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya
saksi-saksi (hari kiamat), (TQS al-Mukmin [40]: 51)
Yuk, kita benahi diri kita
untuk menjadi baik mumpung bulan Ramadhan. Semoga Allah menjadikan kita sebagai
hamba-hambaNya yang mendapat berkah, rahmat, dan ampunan. Jadi, jangan takut
untuk berubah menjadi baik! Semoga ‘semangat’ Ramadhan ini bikin kita berhenti
sama sekali dari perbuatan maksiat. Dan sebaliknya, kita getol beribadah.
Amin.?
Sumber : Buletin Studia