A.
Definisi
Beton adalah suatu komposit
dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat (Sagel, Kole, Kusuma, 1993). Menurut Winter dan Nilson, 1993, beton adalah suatu
material yang menyerupai batu yang diperoleh dengan membuat suatu campuran yang
mempunyai proporsi tertentu dari semen, pasir dan koral atau agregat lainnya,
dan air untuk membuat campuran tersebut menjadi keras dalam cetakan sesuai
dengan bentuk dan dimensi struktur yang diinginkan. Sedangkan menurut Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), beton adalah
campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus,
agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa
padat.
Air dan
semen dalam campuran beton berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan batuan
(pasir dan kerikil) berfungsi sebagai bahan pengisi (filler). Bahan-bahan beton setelah dicampur merata akan
menghasilkan suatu campuran yang plastis yang disebut adukan yang akan dituang
ke dalam cetakan (bekisting) yang
dibuat sedemikian rupa hingga sesuai dengan bentuk padat yang diinginkan. Biasanya
beton dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi beton bertulang, beton
bertulang ini yang nantinya akan menjadi bahan bangunan untuk pembuatan gedung,
jalan raya, jembatan, bangunan pengairan, dan lain-lain.
Untuk membuat campuran beton
ada hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya kualitas agregat (halus dan
kasar) dan air pencampur, sementara untuk semen disarankan tidak diuji karena
sudah berupa prodak jadi.
B.
Unsur Pembentuk Beton
1.
Agregat
Di dalam SNI 03-2847-2002, agregat didefinisikan sebagai material granular,
misalnya pasir, kerikil, batu pecah dan kerak tungku pijar, yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau
adukan semen hidrolik.
Agregat dibagi atas 2 (dua) macam yaitu :
A.
Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm (SNI 03-2847-2002)
Menurut SK SNI T-15-1990-03 yang diadopsi dari British Standar
agregat halus dikelompokkan dalam empat zone (daerah)
seperti berikut
:
Lubang
Ayakan (mm)
|
Prosen Berat Butir
yang Lewat Ayakan
|
|||||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
|||||||||
10
|
100
|
-
|
100
|
100
|
-
|
100
|
100
|
-
|
100
|
100
|
-
|
100
|
4,8
|
90
|
-
|
100
|
90
|
-
|
100
|
90
|
-
|
100
|
95
|
-
|
100
|
2,4
|
60
|
-
|
95
|
75
|
-
|
100
|
85
|
-
|
100
|
95
|
-
|
100
|
1,2
|
30
|
-
|
70
|
55
|
-
|
90
|
75
|
-
|
100
|
90
|
-
|
100
|
0,6
|
15
|
-
|
34
|
35
|
-
|
59
|
60
|
-
|
79
|
80
|
-
|
100
|
0,3
|
5
|
-
|
20
|
8
|
-
|
30
|
12
|
-
|
40
|
15
|
-
|
50
|
0,15
|
0
|
-
|
10
|
0
|
-
|
10
|
0
|
-
|
10
|
0
|
-
|
15
|
B.
Agregat Kasar
Agregat kasar adalah pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir antara 5,0 mm sampai 40 mm (SNI 03-2847-2002)
Menurut SNI 03-2834-2000, susunan agregat kasar harus masuk dalam
syarat-syarat batas susunan agregat kasar, berikut ini Tabel syarat batas susunan agregat kasar.
Ukuran Mata Ayakan
(mm)
|
Persentase Berat
Bagian Yang Lewat Ayakan
|
||
Ukuran Nominal
Agregat (mm)
|
|||
38,1-4,76
|
19,0-4,76
|
9,6-4,76
|
|
38,1
|
95-100
|
100
|
-
|
19
|
37-70
|
95-100
|
100
|
9,6
|
10-40
|
30-60
|
50-85
|
4,76
|
0-5
|
0-10
|
0-10
|
2.
Air
Air adalah zat atau materi atau
unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Salah satunya adalah
dalam hal pembuatan beton. Pada pembuatan beton, air diperlukan dalam proses
pengadukan untuk melarutkan semen sehingga membentuk pasta (bereaksi dengan
semen) yang kemudian mengikat semua agregat dari yang paling besar sampai
paling halus dan menjadi bahan pelumas antara butir-butir agregat agar dapat
mudah dikerjakan dalam proses pengadukan, penuangan, maupun pemadatan.
3.
Semen
Semen adalah material yang
mempunyai sifat-sifat adhesif dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat
agregat-agregat menjadi suatu masa yang padat yang mempunyai kekuatan yang
cukup (Winter dan Nilson, 1993).
4.
Bahan Tambah
Bahan tambah (admixture) adalah suatu
bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton
selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya.
C.
Perhitungan Campuran Beton
Untuk dapat menentukan
perbandingan bahan dalam suatu campuran beton, maka harus dilakukan
perhitungan. Adapun perhitungan untuk menentukan campuran beton banyak metodenya,
diantarannya perhitungan menurut SNI 03-2834-2000
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut
:
1.
Ambil kuat tekan yang disyaratkan f’c = .... MPa pada umur tertentu.
2.
Hitung deviasi standar (s).
3.
Hitung nilai tambah yaitu m = 1.64 (s).
4.
Hitung kuat tekan rata-rata yang ditargetkan yaitu f’cr = f’c + m.
5.
Tetapkan jenis semen.
6.
Tentukan jenis agregat kasar dan halus.
7.
Tentukan Faktor Air Semen (FAS) bebas.
8.
Tentukan FAS maksimum.
9.
Tetapkan slump.
10. Tetapkan ukuran
agregat maksimum.
11. Tentukan nilai kadar
air bebas.
12. Hitung jumlah semen
yaitu langkah 11 : 8.
13. Jumlah semen maksimum.
14. Jumlah semen minimum.
15. Tetapkan FAS yang
disesuaikan.
16. Tetapkan susunan besar
butir agregat halus.
17. Tetapkan susunan
agregat kasar atau gabungan.
18. Tetapkan prosentase
agregat halus.
19. Tetapkan berat jenis
relatif, agregat (kering permukaan).
20. Tentukan berat isi
beton.
21. Hitung kadar agregat
gabungan yaitu langkah 20 - 12 - 11.
22. Hitung kadar agregat
halus yaitu langkah 18 x 21.
23. Hitung kadar agregat
kasar yaitu langkah 21 - 22.
24. Didapat proporsi
campuran.
25. Koreksi campuran.
Bahasan lebih spesifik mengenai perhitungan campuran beton dapat dilihat pada Postingan
Tata cara perhiungan campuran beton atau buka di link berikut
Tata cara perhiungan campuran beton atau buka di link berikut
0 komentar:
Posting Komentar