K
|
ayaknya sering banget kita
denger istilah ini. Utamanya kalo kita selalu berhubungan dengan urusan
kemajuan. Misalnya, kamu down pas nilai ujian dapet angka delapan ngakak, alias
angka tiga. Pada saat seperti itu, kayaknya kamu butuh dukungan orang lain.
Bisa teman, bisa juga ortu kamu, untuk bisa membangkitkan mental kamu yang lagi
memble itu. Maklum, rasanya dunia begitu gelap, sempit, dan pengap saat kita
mendapati diri kita dalam posisi yang sulit dan memalukan.
Tapi yang pasti, jangan
sampe kegagalan itu membuat kamu patah semangat, apalagi patah arang. Kalo kamu
terus-terusan down, hih, itu sih bukan ciri orang yang punya mental juara. Yup,
pastikan kamu kudu nyari solusi supaya bisa bangkit kembali untuk menjadi yang
terbaik. Iya nggak?
Nah, supaya kamu bisa
mencapai keberhasilan itu, kamu kudu mengevaluasi diri. Kira-kira kegagalan
kemarin itu karena apa ya? Kalo ternyata kegagalan itu disebabkan karena kamu
malas belajar, maka tentunya kudu menggeber lagi dong semangat untuk melahap
berbagai pelajaran supaya kamu bisa menjadi yang terbaik di lain waktu. Gagal
itu biasa, tapi berusaha terus, itu yang luar biasa. Jadi, jangan pesimis!
Sobat muda muslim,
kebangkitan itu bukan hanya perlu tapi juga wajib. Sangat besar makna
kebangkitan ini. Sebab, dari sanalah akan lahir sesuatu yang baru. Kamu
pastinya inget dan apal banget kan
dengan sejarah negeri "Matahari Terbit", Jepang. Nah, negerinya
Doraemon ini pernah luluh-lantak dihujani bom atom oleh pasukan AS saat Perang Dunia
II tahun 1945 lalu. Nyaris kehidupan itu mati. Daerah-daerah yang berdekatan
dengan dijatuhkannya bom atom tersebut, terutama dekat kota
Hirosima dan Nagasaki ,
hancur luluh tak berbentuk. Maklum bom atom, energi yang dikeluarkannya juga
berkekuatan dahsyat. Bukan tak mungkin bakalan terjadi mutasi gen besar-besaran
dalam tubuh orang yang ada pada saat kejadian. Hih ngeri deh.
Tapi apa yang terjadi
sekarang? Di rumah kamu aja nyaris semua barang elektronik buatan mereka. Dari
mulai televisi, radio, tape, mainan kamu, sampe mobil ortu kamu, semua buatan
negeri Sakura. Wah, hebat bukan?
Apa yang bisa diambil dari
kenyataan itu? Ini menunjukkan bahwa rata-rata orang Jepang punya semangat yang
pantang menyerah. Negara boleh hancur lebur, tapi semangat tak boleh kendur.
Terpuruk memang menyakitkan, tapi lebih menyakitkan lagi kalo kita hanya diam
dan menangis meratapi keterpurukan kita. Harusnya, bangkit dan berjuang kembali
dong. Hapus semua ketakutan dalam diri kita. Sebab, nantinya bisa menjadi
"hantu" bagi diri kita dan bukan tak mungkin bakal mengancam dan
menghambat kebangkitan kita. Bener itu. Jadi, jangan merasa putus asa.
Nah, ngomong-ngomong soal
kebangkitan, dua kasus di atas rasanya bisa kita jadikan sebagai contoh, betapa
kebangkitan itu bukan persoalan sulit, tetapi yang sering mengganjal
kebangkitan adalah mental kita sendiri. Tul nggak? Sebab, kalo kitanya nyantai
banget, atau malah nggak peduli dengan kondisi kita sendiri, mana mungkin
bakalan terjadi kebangkitan besar dalam diri kita. Lha iya, apa orang yang
nggak nyadar dengan kondisi dirinya akan memperbaiki diri? Rasanya, nggak
mungkin deh. Harus sadar diri dulu dong. Siapa kita? Ada di mana? Mau ngapain? Dan akan ke mana
melangkah nantinya? Jangan cuek bebek aja dengan kehidupan ini, apalagi
kehidupan dirimu. Sebab, nggak selamanya kan
kamu jadi anak-anak, suatu saat nanti bisa jadi punya anak, terus punya
menantu, cucu, dsb. Iya nggak?
Mengapa harus bangkit?
Pastinya kita nggak mau
dong jadi orang yang punya semangat minimalis. Qonaah boleh saja, tapi jangan
sampe merasa puas dengan kondisi kita saat ini. Celakanya justru kondisi kita
sekarang ini lagi ada di bawah. Kan
aneh dong kalo nggak mau bangkit. Kamu yang gagal lulus ujian, kamu yang gagal
ngelamar kerjaan, termasuk kamu yang gagal menjadi menantu, jangan putus asa.
Masih ada hari esok untuk kita. Tapi tentunya, hari esok yang lebih baik tak
akan pernah ada bagi mereka yang malas untuk bangkit. Allah Swt. berfirman:
"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." [TQS ar-Ra'd [13]:
11]
Bangkit itu perlu, bahkan
wajib sobat. Apalagi bila kita bicara tentang masa depan Islam. Ya, Islam.
Agama yang selama ini kita anut, belum kembali ke puncak kejayaan setelah mengalami
kemunduran. Dan yang berperan selama ini-disaat maju dan mundur-adalah kita,
kaum muslimin.
Ketika Islam mencapai
kegemilangan di masa Rasulullah dan Khulafa ar-Rasyiddin serta
pemimpin-pemimpin setelahnya, umat Islam sedang getol-getolnya menjadikan Islam
sebagai pedoman hidupnya. Islam udah menyatu dalam pemahaman dan tingkah laku
kaum muslimin di masa lalu. Mereka sama sekali tak mau melepaskan diri dari
Islam. Islam maju, ketika umatnya juga lengket dengan ajaran Islam. Daripada
melepaskan akidah Islam, lebih baik nyawa melayang. Lebih mulia kok di hadapan
Allah.
Eh, begitu umat Islam
menjauhi agamanya, saat itulah Islam perannya mulai pudar. Semakin hari semakin
hilang wibawanya. Umat Islam berlomba-lomba meninggalkan Islam. Maklum, pada
saat yang bersamaan serangan terhadap Islam semakin gencar. Sebagai contoh,
umat Islam dicekoki dengan pemahaman bahwa jihad tidak wajib lagi. Jihad itu
defensif, alias bertahan. Padahal, jihad bisa opensif, alias melakukan berbagai
penaklukan seperti di masa Rasulullah, para khulafa ar-Rasyidin, dan pemimpin
setelahnya. Jihad juga bisa berarti defensif, alias bertahan.
Singkatnya, begitu kaum
muslimin terbuai dengan pemahaman itu, Palestina diserbu dan direbut Pasukan
Salib Eropa. Saat itu, kaum muslimin lengah. Memang, meski akhirnya Palestina
kembali bisa menjadi milik kaum muslimin pada perang berikutnya, tetapi ide
sesat kadung udah menyebar di kalangan kaum muslimin. Akhirnya apa yang
terjadi? Kita lihat sekarang, giliran Isreal yang mengacak-ngacak tanah
Palestina. Dan kita semua hanya mampu diam. Ini salah satu contoh, lho. Masih
banyak kasus lain yang menunjukkan keterpurukan kita saat ini.
Jadi, upaya membangkitkan
Islam dan kaum muslimin, adalah syarat mutlak untuk menjadikan Islam sebagai
kekuatan handal di dunia ini. Dan ini tanggung jawab kita sobat.
Mulai dari mana?
Jepang, Amerika, Rusia,
Inggris, Perancis, Jerman, dan negara-negara maju lainnya, telah membuktikan
betapa rasa "superiotas" itu perlu dimiliki. Mereka bisa begitu,
tentunya dengan pengorbanan yang nggak sedikit. Dan yang lebih penting dari itu
semua, mereka punya semangat untuk bangkit.
Kalo kamu baca buku
sejarah dunia, pas pada pembahasan Revolusi Industri pada tahun 1776, pastinya
dijelaskan sama gurumu di sekolah, bahwa masa inilah masa kebangkitan Eropa.
Mereka suka bilang, masa Renaissance, alias pencerahan. Ditemukannya mesin uap
oleh ilmuwan bernama James Watt telah membuka mata bangsa Eropa lebar-lebar,
bahwa dunia itu luas, dan bahwa mereka bisa menjadi maju. Maka, dampaknya,
dimulailah berbagai ekspedisi mengelilingi dunia. Pada saat yang sama, mereka
membangun beragam industri untuk mewujudkan impiannya menjadi yang terbaik di
dunia.
Sobat muda muslim, mereka
bisa bangkit adalah dengan mengasah pikiran mereka bagaimana supaya bisa
bangkit dari kegelapannya selama ini. Seluruh ketakutan dan kekhawatiran yang
ada dalam dirinya disingkirkan jauh-jauh. Mereka punya ambisi untuk maju.
Tentunya semua itu didukung dengan visi, misi dan program yang jelas menurut
cita-cita mereka. Hasilnya, mereka menjadi yang terbaik. Tapi dengan catatan,
baiknya hanya dalam soal iptek. Soal moral? Wuih, amburadu!
Lihat saja, Perancis
adalah negara maju, tapi moral warga negaranya rata-rata bejat. Prostitusi ada
di mana-mana, judi nggak dilarang, pun pergaulan bebas di kalangan remaja
bangsa Perancis sudah amat parah. Seperti mengikuti jejak Perancis, Amerika
juga didera dengan berbagai kasus; kriminalitas yang angkanya terus meroket,
seks bebas yang makin menggila, pelacuran, judi, dan peredaran minuman keras
dan narkoba menjadi bagian dari kehidupan negara adidaya ini. Ironi bukan? Di
satu sisi, mereka digdaya dalam iptek, tapi di sisi lain, mereka terpuruk dalam
moral.
Kenapa bisa begitu? Karena
kebangkitan mereka tidak benar. Kebangkitan yang masih rentan dengan kegagalan
di masa depan. Sebab, kebangkitan mereka dibangun di atas pondasi akidah yang
rapuh, bahkan rusak. Terus gimana yang bener?
Kebangkitan yang hakiki
Sobat muda muslim, untuk
mewujudkan kebangkitan yang kita cita-citakan memang butuh keseriusan dari kita
semua, kaum muslimin. Meski kita masih remaja, bukan berarti nggak boleh
serius. Justru seharusnya, masa remaja kita gunakan untuk mengasah supaya bisa
mempertajam kemampuan berpikir kita. Lebih khusus lagi kemampuan untuk berpikir
islami. Ada
beberapa tahap yang bisa kita jadikan sebagai jalan untuk meniti kebangkitan
yang hakiki. Dalam kitab an-Nahdhah (hlm. 132-155), karya Ustadz Hafidz Shalih,
dijelaskan sbb.:
Pertama, setiap muslim
kudu menyadari tugasnya sebagai pengemban dakwah. Allah Swt. berfirman:
"Serulah (manusia)
kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik." [TQS an-Nahl [16]: 125]
Kedua, setiap muslim harus
memahami Islam sebagai sebuah mabda, alias ideologi. Dengan begitu, kita bisa
menjadikan Islam sebagai pedoman hidup kita. Islam bukan hanya mengatur urusan
sholat, zakat, puasa aja, tapi sekaligus mengurusi masalah ekonomi, politik,
pendidikan, hukum, peradilan, pemerintahan, dsb.
Ketiga, kita kudu berjuang
menegakkan Islam. Keempat, melakukan kontak pemikiran dengan masyarakat, nggak
cuma diem doang. Sebarkan ide-ide Islam kepada mereka. Kalo ternyata timbul pro
dan kontra, itu wajar. Rasulullah saw. saja pernah merasakannya. Tenang. Kita
di jalur yang benar.
Kelima, harus jelas dalam
berjuang. Artinya, kita kudu fokus dan membatasi mana yang pokok, dan mana yang
cabang. Allah swt berfirman: "Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku,
aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah
yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang
musyrik". [TQS Yusuf [12]: 108]
Keenam, harus berani
melakukan shiraul fikriy (pertarungan pemikiran) dengan berbagai ide sesat yang
ada di masyarakat. Misalnya, sampaikan bahwa demokrasi sesat, nasionalisme itu
tercela, sekularisme adalah bagian dari kekufuran dan sebagainya. Itu sebabnya,
perjuangan Boedi Oetomo yang katanya sebagai tonggak kebangkitan, ternyata
malah menuju kemunduran. Kenapa? Karena menyerukan nasionalisme. Nah, pemuda
Islam, harus berani melawan itu semua!
Ketujuh, selalu
meng-update perkembangan yang terjadi di masyarakat. Dan berikan solusinya
dengan ajaran Islam. Kedelapan, kita harus bisa menunjukkan kelemahan dan
kepalsuan sistem kufur yang tengah mengatur kehidupan masyarakat kita saat ini.
Supaya mereka juga ngeh, bahwa selama ini ternyata hidup dalam lingkungan yang
tidak islami. Itu sebabnya kita juga mengajak kaum muslimin untuk berjuang
melanjutkan kehidupan Islam.
Oya, semua itu nggak
mungkin dong, kalo dilakukan seorang diri, tapi mutlak berjamaah. Lha wong main
bola aja nggak bisa sendirian kan ,
tapi perlu kesebelasan. Inilah yang disebut kekompakan dan kebersamaan.
Sobat muda muslim, mau
bangkit dan berjuang kan ?
Apalagi untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin. Pahalanya besar, lho. Jadi,
buruan sadar, pelajari Islam, dan ayo bangkit!
0 komentar:
Posting Komentar