Ngomongin soal sahabat, nggak kalah serunya ama nonton lega calcio atau bundes-liga . Kita pasti
punya segudang cerita yang beda-beda. Kalo dibikin novel, mungkin Kamus Besar Bahasa Indonesia juga
kalah tebelnya. Soalnya mereka punya ciri dan karakter sendiri-sendiri.
Saking beragamnya sifat temen-temen kita, pengalaman pahit bersama
mereka pun punya tempat dalam diary
kita. Bisa jadi karena ada temen yang nggak bisa jaga rahasia atau
nggak solider, kita bisa ngambek berhari-hari tuh. Malah sampai ada yang trauma
en nggak mau temenan lagi. Jadi kesannya aku banget, egois, individualis, dan
antisosial. Seperti penilaian Cinta pada Rangga yang diperankan Nicholas
Saputra. Tapi, apa iya kita bisa jalanin hidup tanpa teman atau sahabat?
Padahal ada pepatah “ hidup
tanpa teman, mati pun sendiri ”. Gak ada yang ngurusin, mandiin,
nyolatin, atawa nganterin ke rumah masa depan berbatu nisan. Iih… emangnya
tikus got apa gak ada yang peduli. Nggaaak..eh, tidaaak!
Enaknya punya sahabat
Percaya nggak percaya, ternyata waktu kita lebih banyak dihabiskan
bersama teman yang bikin nyaman perasaan. Bukan cuma sejam-dua jam tapi bisa
sampai seharian. Meski orangnya berganti-ganti, tetep statusnya temen.
Punya temen emang asyik. Mereka yang bikin hidup kita indah,
berwarna, dan rasanya serame Nano-Nano
. Di mana pun dan kapan pun, kita akan ngerasa kesepian kalo nggak
ada temen. Pas lagi ada masalah, mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan
pikirannya untuk membantu mencari jalan keluar. Pas lagi bete, mereka ikhlas
jadi tempat sampah menampung segala keluh kesah kita. Pas lagi kena musibah,
mereka yang meniupkan semangat hidup. Seolah mereka stand by 24 jam untuk membantu kita. Persis
petugas pemadam kebakaran.
Pernah denger ‘teman imajinasi' yang biasa dimiliki anak kecil?
Itu salah satu bukti kalo siapa pun butuh teman. Saat adik kecil kita nggak
punya teman, mereka mencip-takannya dalam imajinasi. Tempat doi bebas ngomong
apa aja. Sama kayak kita. Maka nggak usah heran bin merinding kalo ngeliat anak
balita ngomong sendiri atau asyik ngobrol ama bonekanya. Kadang mereka cuma
perlu orang yang mau dengerin cerita mereka.
Nggak salah dong kalo punya teman itu enak sekaligus kebutuhan.
Jadi nggak egois, tapi belajar untuk berbagi. Rugi banget kalo kita nggak punya
teman. Masak kalah
ama anak kecil... (*ngomporin neh ceritanya)
Berburu sahabat sejati?
Sobat muda muslim, kita sering temenan dengan orang lain karena
punya kepentingan yang sama. Karena kesamaan hobi, tempat nongkrong, makanan
favo-rit, atau tipe lawan jenis. Jadi klop. Ngomong apa pun nyambung.
Karena itulah remaja sering kedapetan mendeklarasikan nama gank -nya. Nggak afdhol
kalo sering ngumpul tapi nggak punya identitas. Maka jangan heran ngeliat
coretan pylox berwarna
bertuliskan nama-nama gank remaja.
Biar orang pada kenal.
Kalo udah nge-gank, persahabatan seolah udah sampai level sejati.
Saling curhat di antara mereka udah jadi keharusan. Teman udah jadi pimpinan
klasemen untuk urusan sumber informasi dan biro konsultasi, biasanya konsul
seputar lawan jenis, hobi, masalah dengan teman lain, juga masalah dengan
keluarga.
Sayangnya, persahabatan karena kesamaan kepentingan atau nyari
simbol status kayak gini rawan per-pecahan. Suka ada tekanan dari temen kalo
nggak setuju ama yang lainnya. Orang psi-kologi bilang Peer Pressure alias tekanan
teman sebaya. Sehingga hard
to say no meski itu bertentangan dengan hati nura-ni, norma
masya-rakat, dan aturan Islam.
Dari sinilah awalnya remaja mulai kenalan ama narkoba, terlibat
tawuran, aksi kriminal, atau seks bebas. Karena takut nggak ditemenin dan nggak
punya temen. Mereka nggak bisa terima lagi kalo ada temennya yang insyaf, terus
antigaul bebas, apalagi sering ngingetin kelakuan temen lain yang nggak islami.
Kalo kejadian, orang insyaf itu bakal dimusuhin. Malah ada yang pake hukuman segala.
Dianggap telah melanggar kesepakatan kelompok. Persis kayak persahabatan
orang-orang di Barat sono.
Kalo udah kayak gini, cuma persahabatan semu yang ngikutin hawa
nafsu yang bakal ditemui. Bukan tempatnya bagi kita yang berburu sahabat
sejati. Betul?
Pesahabatan sejati ada dalam Islam
Sobat muda muslim, persahabatan sejati adalah sesuatu yang indah
karena ia tidak mudah untuk dilupakan plus tidak mudah untuk diciptakan. Nggak
gampang dilupain karena banyak kenangan yang nempel terus di memori otak kita.
Sulit diciptakan karena faktanya perlu waktu lama untuk dapetin sahabat sejati.
Sheila on Tujuh banget
neh!
Kita gampang punya teman, tapi perlu proses yang panjang untuk
dapetin seorang sahabat. Teman mungkin cuma luarnya aja, tapi sahabat, dalem
baaanget. Apalagi di tengah merajalelanya pemikiran dan budaya Barat yang
rusak. Tapi kamu jangan takut duluan untuk jalin persahabatan. Siapa pun pantas
jadi sahabat kita. Asal kita punya prinsip yang jelas bin shohih dalam
berteman. Biar kita bisa jaga diri. Karena temen pengaruhnya gede banget ama
diri kita. Sabda Rasulullah: “Orang
itu mengikuti agama teman dekatnya; karena itu perhatikanlah dengan siapa ia
berteman dekat”. (HR
Tirmidzi)
Nah, sekarang kita udah punya target siapa yang mo dijadiin
sahabat. Temenan ama orang-orang yang baik agamanya bakal untung dunia-akhirat.
Gimana nggak, dia selalu ngingetin kalo kita khilaf sebagai wujud rasa
sayangnya. Kalo ada temen yang diem aja saat kita nggak tahu jalan, padahal di
depan ada ju-rang, dia nggak pantas jadi sahabat kita. Betul?
Seorang sahabat nggak cuma bisa ngingetin dan ngasih nasihat
doang, ia juga berkewajiban menolong saudaranya sesuai kemampuannya. Hal ini
yang banyak dicontohin oleh para sahabat pada peristiwa hijrahnya Ra-sulullah
dari Mekkah ke Madinah.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Kitab al-Bidayah jilid 3,
halaman 228, bahwa saha-bat Anas ra mence-ritakan, “Ketika Abdurrah-man bin Auf ra berhijrah ke Madinah,
Ra-sulullah saw. mem-persaudarakannya dengan Sa'ad bin al-Anshari ra. Kemudian
Sa'ad berkata kepada Abdurrahman bin Auf, ‘Wahai saudaraku! Aku adalah salah
seorang yang kaya di Madinah. Lihatlah! Ini adalah setengah dari harta
kekayaanku, ambillah! Aku juga memiliki dua orang istri. Aku akan menceraikan
salah seorang di antara mereka yang lebih engkau sukai, sehingga engkau bisa
menikah dengannya.' Abdurrahman bin Auf menjawab, ‘Semoga Allah memberkahi
keluarga dan kekayaanmu. Tapi, tunjukkan saja kepadaku jalan menuju ke pasar,
agar aku dapat mencari peruntunganku dengan kedua tanganku sendiri.'
Bener
Menjadi sahabat sejati
Sobat muda muslim, kalo ‘buruan' kita nggak dapet-dapet, nggak ada
ruginya kita belajar untuk menjadi sahabat sejati buat temen kita. Dengan
begitu nggak mustahil kalo sahabat dambaan kita datang dengan sendirinya. Dari
teladan Rasulullah dan para shahabat, beberapa hal bisa kita ambil untuk
menjadi sahabat sejati.
Biar ikatan persahabatan gak gampang putus, kita kudu sabar. Yakin
deh, no bodys perfect .
Gak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Namanya juga manusia, tempatnya
salah dan lupa. Kalo dia salah, kita selidiki dulu kenapa dia berbuat salah.
Bisa jadi lupa atau lagi ada masalah. Jadi lebih obyektif kalo mo ngingetin
atau nasihatin. Nggak maen vonis, emangnya hakim. Dengan begitu kita berharap,
hal-hal yang bisa bikin ‘rame' kayak salah paham atau nggak menghargai
kesalahan temen bisa dikurangi. Kata Rasulullah: “ Jangan saling membenci, jangan saling memusuhi, jangan
saling mendengki, dan jangan memu-tus hubungan. Jadilah kalian hamba Allah yang
saling bersaudara. Tidak diper-bolehkan seorang Muslim memboikot sesamanya
selama lebih dari tiga hari.” (HR Muslim dan Tirmidzi)
Kepercayaan dalam sebuah persahabatan juga mutlak diperlukan.
Temen kita bakal dendam kalo kita jadi ‘ember'. Ngebocorin rahasia atau aibnya.
Bukannya kita cuek, tapi cukup kita aja yang tahu, terus ngingetin dan nggak
lupa ikut bantu atasi kekurangannya. Sabda Rasul: “Siapa saja yang menyembunyikan (aib) seorang muslim,
maka Allah akan menyem-bunyikan (aibnya) di dunia dan akhirat. Allah akan
menolong seorang hamba yang gemar menolong saudaranya. (HR Muslim)
Untuk mengokohkan ikatan persahabatan Rasulullah menganjurkan agar
kita saling memberi hadiah atau mengucapkan salam saat bertemu. “ Tidaklah kalian akan masuk surga
sampai kalian beriman, dan tidaklah kalian (benar-benar) beriman hingga kalian
(saling) mencintai. Sukakah kalian jika aku tunjukkan sesuatu yang bila kalian
lakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara
kalian . (HR
Muslim)
Trus gimana dengan yang nonmuslim?
Cukup jadikan mereka sebagai teman. Levelnya bakal naik jadi sahabat sekaligus
sodara saat mereka mengucapkan syahadatain. Oke?
So, dalam hidup kita emang kudu punya teman dan sahabat. Kita udah
cukup gede untuk berburu sahabat sejati yang bisa menambah keterikatan kita
dengan Islam. Mengingatkan kita kepada Allah. Sekaligus menjadi kekuatan untuk
melawan pengaruh buruk budaya Barat yang bebas berkeliaran di sekitar kita.
Oya jangan lupa, tetep pake aturan gaul Islam. Cowok temenan ama
cowok. Yang cewek juga. Kalo cewek-cowok pengen jadi sahabat sejati, syaratnya
kamu kudu berani ungkapin keinginan itu di depan petugas KUA. Lalu dilengkapi
mahar, wali temen cewek, plus saksi-saksi. Hehe.. (itu mah namanya nikah dong?)
Oke deh, jangan malas dan
malu jadi sahabat baik teman kita. Bisa nunggu, bisa juga kitanya yang duluan
jadi baik buat sahabat kita. GImana? Jadi, jalin persahabatan, ting-galkan
permusuhan! Siapa tahu nanti banyak yang bilang: “Jadikan aku sahabatmu” sumber : buletin studia
Selasa, 22 Desember 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar