Sori, dengan judul seperti ini bukan maksud kita
mau ngeledekin kamu-kamu yang pacaran, tapi kita mau menertawakan kamu-kamu
yang pacaran. Lho, sama aja atuh ya? Jangan bingung begitu deh, karena memang
itulah faktanya. Pacaran, adalah aktivitas yang udah kuno. Mungkin bukan saja
kuno, tapi sekaligus norak. Bener lho.
Kenapa sih? Islam, sebagai agama ‘modern’ dan
mencerahkan pemikiran, selalu memberikan yang terbaik untuk pemeluknya.
Misalnya saja, di jaman purbakala, saat manusia terbiasa buligir, alias kagak
make sehelai benang pun untuk menutupi tubuhnya, Islam datang menyempurnakan
aturan manusia dalam berpakaian. Jilbab salah satunya, adalah ajaran Islam yang
memberikan kehormatan kepada kaum wanita dalam berpakaian. Jadi, kalo sekarang masih
ada anak puteri yang kagak pake jilbab, itu artinya masih ‘kagum’ dengan
kebudayaannya Homo Soloensis dan Pythecantropus Erectus yang masih primitif,
alias kuno. Gubrag! (yang tersinggung dilarang bangga) ?
Lha, pacaran apa hubungannya dengan kuno dan
modern? Sabar dulu sobat. Begini, sebelum Islam datang sebagai agama
penyempurna bagi kehidupan manusia, kehidupan di masa jahiliyah dulu rusak
banget. Salah satunya dalam pergaulan. Mungkin, kalo kita mau kejam, seperti
dunia binatang. Kok bisa sih? Iya, soalnya hubungan antara pria dan wanita di
masa jahiliyah dulu kagak ada aturannya. Main seruduk, main selonong sana
selonong sini. Suka-suka aja gitu lho. Waduh!
Sobat muda muslim, itulah sebabnya kenapa kita
bilang bahwa pacaran adalah aktivitas kuno dan sekaligus norak. Lihat saja
model gaul anak muda sekarang (termasuk paling banyak di antaranya adalah
remaja muslim) makin tak terkendali alias liar banget. Kata seorang teman,
remaja sekarang dalam bergaul dengan lawan jenisnya menggunakan prinsip 3T; ta’aruf
(saling mengenal), taqarrub (saling mendekat), dan tak tubruk (terjemahkan dan
tafsirkan sendiri deh, he..he..he..). mentang-mentang saling cinta dan saling
sayang, lalu merasa halal aja main elus, main peluk, main tendang, main cekik,
dan main banting (smackdown kali yee…? He..he..he..) Jadi, pacaran memang
aktivitas yang deket-deket banget dengan z-i-n-a. Naudzubillahi min dzalik!
Benar banget sobat, kita ngeri deh dengan
perkembangan gaul remaja sekarang. Remaja yang awam memang paling banyak melakukan
aktivitas baku syahwat yang diharamkan Islam ini, but nggak sedikit yang
ngakunya anak masjid juga jadi aktivis pacaran. Wackss… kacau-beliau dong?
Begitulah…
Hmm…, kamu yang masih pacaran dan lagi
seneng-senengnya bermesraan bareng gandengan kamu, pastinya bakalan sutris baca
tulisan ini. Mungkin juga tuh sumpah serapah bakalan keluar dalam mulut kamu.
Tapi inget sobat, justru lebih parah kalo kagak ada yang mau susah payah
ngingetin kita-kita. Sebab, sebagai manusia kita selalu nggak lepas dari kesalahan.
Di sinilah perlunya kita saling menasihati dan ngingetin satu sama lain. Tul
nggak? Jadi, jangan marah ya kalo kita ngingetin kamu, meski dengan sindiran.
Kenapa sih
pada pengen pacaran?
Bener. Kenapa
sih kamu-kamu pada pengen ngelakuin pacaran? Apa enaknya pacaran? He..he..he..
jangan bingung dulu Mas, kita coba bantu ngasih bocorannya. Ada beberapa alasan
yang bisa kita telusuri di balik maraknya aktivitas ilegal dalam ajaran Islam
ini:
Pertama, biar disebut dewasa. Banyak teman remaja
yang melakukan pacaran, biar disebut udah dewasa. Maklum aja, aktivitas baku
syahwat itu kayaknya ganjil banget kalo dilakukan oleh bocah cilik. Selain
ganjil, anak kecil nggak pantes ngelakuin pacaran.
Sobat muda, secara biologis boleh jadi kamu
dewasa. Kamu yang cowok udah mimpi basah, tubuhmu udah mulai memproduksi sel
sperma, suaramu pun udah berubah jadi berat, udah tumbuh rambut di sana-sini,
jakunmu pun mulai kelihatan. Kamu yang puteri, sudah mulai haidh, tubuhmu udah
memproduki sel telur, beberapa bagian tubuh mengalami pertumbuhan pesat. Itu
secara fisik. Dan itu nggak salah kamu disebut dewasa.
Tapi, ukuran dewasa nggak selalu ditentukan
dengan perubahan fisikmu, tapi ditentukan pula dengan cara kamu berpikir dan
cara kamu bersikap. Nah, dewasa dalam berpikir dan bersikap harus kamu miliki
juga dong. Sebab, banyak orang mengaku udah dewasa, tapi ternyata nggak bisa
atau belum bisa berpikir dewasa. Seperti apa sih berpikir dewasa? Kamu berani
bertanggung jawab dan bisa menentukan masa depan kamu sendiri. Dengan cara yang
benar tentunya. Itu baru dewasa.
Itu sebabnya,
kalo kamu menganggap bahwa untuk bisa dikatakan udah dewasa adalah dengan
melakukan pacaran, berarti kamu sebetulnya belum bisa dikatakan dewasa,
terutama dalam berpikir dan bersikap. Why? Sebab, aktivitas pacaran jelas
mendekati zina. Dan itu dosa. Jika kamu masih tetap melakukannya, itu artinya
kamu belum tahu arti sebuah kedewasaan. Padahal, orang yang berpikir dan
bersikap dewasa, akan lebih hati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Nggak asal
jalan aja. Tapi penuh perhitungan, bila perlu mengkalkulasi untung-rugi dari
sebuah perbuatan yang kamu lakukan. Sebab, itulah yang namanya
bertanggungjawab. Lha, yang pacaran? Rata-rata cuma seneng-seneng aja tuh. Berarti nggak punya prinsip dong? Berarti belum
dewasa dong? Tepat. Kejam amat ya? ?
Kedua, having fun. Walah, ini juga asal-asalan.
Tapi inilah kenyataan yang kudu kita hadapi. Banyak teman remaja yang mengaku
bahwa alasan melakukan pacaran sekadar having fun aja. Sekadar
bersenang-senang. Nggak punya alasan lain. Barangkali teman remaja yang begitu
menganggap bahwa pacaran sekadar hiburan di masa sulit dan obat stres saat
menghadapi persoalan hidup.
Bisa jadi, teman-teman remaja yang nggak
mendapatkan kasih sayang di rumah, karena kebetulan orangtuanya jarang di
rumah, ia nyari kesenangan di luar. Bisa dengan kekasihnya (baca: pacaran), bisa
juga lari ke minuman keras dan narkoba. Di rumah sumpek, maka pelampiasan untuk
mencari kesenangannya lewat pacaran. Pacaran sering diyakini sebagai obat mujarab
untuk menghilangkan stres. Gimana nggak senang, wong, jalan berdua, mojok
berdua, bisa curhat, bisa menikmati hidup ini dengan nyaman dan tenang.
Benarkah pacaran selalu memberikan kesenangan?
Ternyata nggak tuh. Banyak pasangan yang pacaran justru cek-cok melulu. Belum lagi
kalo beda ambisi. Maklum masih pada muda, emosinya masih meletup-letup. Jadi,
gimana mau senang-senang jika tiap hari ‘panas’ melulu. Nggak banyak sih yang
begitu, tapi tetap, bahwa alasan berpacaran semata untuk having fun, juga nggak
dibenarkan. Baik secara hitung-hitungan logika, apalagi hukum syara.
Ketiga, pacar
sebagai motivator dan katalisator. Duh, emangnya pacaran sejenis suplemen, pake
menambah semangat segala? Tapi itulah yang terjadi. Alasan yang asal-asalan
memang. Namun inilah yang juga banyak diakui teman remaja. Ada yang ngedadak
jadi getol dateng ke sekolah en rajin belajar. Rela datang lebih awal ke
sekolah. Tujuannya, biar bisa berlama-lama dengan sang gacoan. Maklum, kalo di
sekolah sang gebetan ada, rasanya muncul semangat untuk belajar. Ah, yang benar
nih? Jangan ngigau begitu, ah!
Benarkah
pacaran bisa tambah semangat belajar? Naga-naganya sih alasan itu cuma
direkayasa. Coba aja kamu pikirin, gimana bisa belajar jadi getol kalo di
sekolah aja yang diingetin cuma kekasihnya. Boleh jadi pelajaran yang diikuti
di kelas memantul sempurna, karena otaknya udah full dengan memori tentang sang
kekasih hati. Lagi pula, yang berhasil jadi juara kelas or juara umum di
sekolah bukan karena mereka pacaran. Kalo memang pacaran nambah semangat untuk
belajar, harusnya semua yang pacaran tambah pinter, karena belajar terus.
Buktinya? Justru yang pacaran selalu bermasalah dalam belajarnya.
Memang sih ada
satu-dua yang pacaran tapi prestasinya tetep bagus. Tapi itu bukan jadi alasan
lho untuk kamu teladani. Sebab, puluhan, atau mungkin ratusan remaja yang
pacaran, justru prestasi akademiknya jeblok. Yang pinter itu pun, karena emang
otaknya tokcer banget. Selain memang mereka nggak nafsu-nafsu amat untuk
pacaran. Karena doi biasanya lebih mementingkan belajar. Nah lho?
Jadi, emang
nggak ada pengaruh secara signifikan sih antara pacaran dan prestasi belajar.
Nggak ada. Itu mah, cuma alasan klise alias dibuat-buat aja untuk melegalkan
ajang baku syahwat yang dilarang itu. Tapi sejujurnya, pendapat kita neh, yang
udah-udah, makin kuat pacarannya, biasanya malah makin malas belajarnya. Ngaku
aja deh. (Idih kayak interogasi aja ya? He...he…he..)
Tapi terlepas
dari itu semua, entah pacaran itu bisa menumbuhkan semangat belajar atau malah
memadamkan semangat belajar, tetep aja perbuatan tersebut haram untuk
dilakukan. Karena ukuran manfaat dan
mafsadat (keburukan) bukan dinilai oleh kita. Kita, kaum muslim, diajarkan
untuk melakukan perbuatan yang ihsan. Jadi, bukan yang terbanyak amalnya yang
akan dinilai oleh Allah, tetapi yang terbaik amalnya. Baik niat maupun caranya.
Dua-duanya kudu sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Firman Allah Swt.:
“...supaya Dia menguji kalian siapa di antara kalian yang lebih baik amalnya.”
(TQS al-Mulk [67] : 2)
Seorang ulama yang hidup di masa Abdul Malik bin
Marwan, Sa’id bin Jubair, pernah mengatakan: “Tidak diterima suatu perkataan
kecuali disertai amal, tidak akan diterima perkataan dan amal kecuali disertai
niat, dan tidak akan diterima perkataan, amal dan niat kecuali disesuaikan
dengan sunnah Nabi saw.”
Saking pentingnya ihsan dalam beramal ini, Imam
Malik mengatakan: “Sunnah Rasulullah saw itu ibarat perahu nabi Nuh. Siapa yang
menumpanginya ia akan selamat; sedangkan yang tidak, akan tenggelam.”
Nah, meskipun niatnya bagus untuk menambah
semangat belajar (mungkin ikhlas karena Allah), tapi pacaran adalah perbuatan
maksiat. Jadi nggak klop tuh. Nah lho?
Menertawakan pacaran
Sobat muda muslim, kalo melihat teman-teman kamu
yang pacaran, kita suka geli dan lucu lho. Kita tertawa. Bener. Abisnya, teman
remaja yang aktivis berat pacaran adalah tipe manusia yang suka ngakalin gitu
lho. Sebab, alasan-alasan utama mereka berpacaran justru semuanya klise.
Intinya, semua itu cuma direkayasa untuk melegalkan aktivitas baku syahwat
terlarang itu. Bener. Kagak bohong!
Oke deh, singkat kata, bagi kamu yang masih aktif
pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam.
Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu,
jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok
lagi “begituan” sama hansip, he..he..he..).
Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas
ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini.
Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan
bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu.
Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang
emang berbahaya dan dosa itu.
Firman Allah Swt: “Katakanlah kepada orang
laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS an-Nûr
[24]: 30).
Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang
salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang
sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah saw.: “Wahai para
pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka
nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan;
tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu
baginya merupakan pelindung” (HR Bukhari)
Jadi, jangan pada
nekat pacaran ya? Pacaran itu nggak ada manfaatnya sama sekali. Kalo pun
mungkin ada ‘manfaat’, tapi itu biasanya cuma diukur dengan penilaian hawa
nafsu kita, bukan berdasarkan aturan Allah Swt. Kalo kamu nekat pacaran?
Huahaha… udah kuno, norak, dosa lagi. Amit-amit deh. Tinggalin ya..!? sumber : Buletin studia
0 komentar:
Posting Komentar